Jakarta, 30 November 2025 — Di antara deru kendaraan dan padatnya gedung beton, Jakarta ternyata masih menyimpan kehidupan yang menakjubkan: burung-burung yang bernyanyi di taman, pepohonan langka yang berumur puluhan tahun, dan ruang hijau yang menjadi paru-paru kota. Semangat inilah yang dihidupkan kembali melalui inisiatif Urban Wildering, sebuah kegiatan yang ditujukan untuk merevitalisasi kembali keragaman hayati di Kota Jakarta, dimulai dengan pelaksanaan kompetisi observasi burung Jakarta Bird Race 2025 yang pertama.
Urban Wildering merupakan inisiatif dari komunitas Wildlife Jakarta (WildJak) bersama Jakarta Birdwatchers Society (JBS), dan Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI) yang memiliki misi untuk mengembalikan alam dan keragaman hayati ke jantung kota Jakarta. Guna mencapai misi tersebut, tahun ini Urban Wildering berfokus pada tema keragaman burung dan pohon di kota Jakarta dengan melaksanakan Jakarta Bird Race perdana, sebuah kompetisi yang melibatkan sebanyak hampir 60 peserta muda yang terdiri dari 20 kelompok dari ragam usia dan latar belakang yang melakukan pengamatan di enam ruang terbuka hijau Jakarta, yakni: area TWA Angke, Taman Monas, Lapangan Banteng, Taman Suropati, Eco park Tebet, serta Taman Cattleya. Jakarta Bird Race 2025 ini berhasil mengidentifikasi 51 spesies burung, termasuk yang tergolong langka dan terancam punah (RTE), diantaranya Elang Laut Perut Putih, Elang Alap Cina, Jalak Cina, Sikatan Bubik, Kangkok Hodgson, Kipasan Belang, dan Betet Biasa.
Kegiatan perdana ini juga didukung oleh Dinas Pemerintah Provinsi Jakarta, antara lain: Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertamanan dan Kehutanan, serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Acara Puncak Jakarta Bird Race 2025 yang digelar di Taman Wisata Alam (TWA) Angke, Jakarta Utara ini juga didukung oleh TWA Angke beserta para NGO, sponsor, dan jaringan komunitas biodiversitas urban.
Dedy Istanto, Founder Wildlife Jakarta yang merupakan penggagas Urban Wildering menyampaikan, “Melalui Urban Wildering, Kami mendorong semua pihak, baik pemerintah, komunitas, akademisi, dan pihak swasta bersama mengoptimalkan keberadaan RTH Jakarta agar bermanfaat bagi masyarakat kota Jakarta dan juga sebagai tempat hidup bagi keragaman hayati di sekitarnya. Tahun ini, Kami mengadakan ajang lomba pengamatan burung untuk pertama kalinya yang digelar di Jakarta sebagai langkah awal mengenalkan ragam jenis burung kota yang hidup di RTH Jakarta. Semoga ini dapat menjadi kegiatan rutin diadakan setiap tahunnya dalam upaya menjaga kantong-kantong RTH Jakarta sebagai habitat dan penyeimbang yang berkelanjutan.”
Yasin Chumaedi, Co-Founder Wildlife Jakarta dan Ketua Jakarta Bird Race 2025 menguatkan inisiatif Urban Wildering melalui pelaksanaan kompetisi observasi burung yang pertama kali dilaksanakan di Jakarta “Besar harapan kami, bahwa kegiatan ini akan menambah minat kepada anak muda khususnya di Jakarta untuk terlibat aktif dalam pelestarian biodiversitas di Jakarta.”
Talkshow bertajuk “Merawat Keragaman Hayati di Jantung Kota Jakarta” juga turut digelar dalam acara puncak menampilkan narasumber dari pihak komunitas dan biodiversitas, pemerintah provinsi Jakarta, serta pihak swasta.
Arief Hamidi, Sekretaris Forum Pohon Langka Indonesia, menyampaikan, “Di Jakarta, setiap pohon menyimpan cerita. Nama-nama seperti Kemang, Menteng, dan Kuningan lahir dari vegetasi asli yang dulu mewarnai kota. Ketika pohon lokal menghilang, ceritanya ikut memudar. Menghidupkan kembali spesies lokal di RTH berarti merangkai kembali kisah Jakarta sebagai kota yang punya akar dan rumah bagi kehidupan.”
Ryan Avriandy, Conservation Science Specialist Fauna Flora Indonesia International, sebagai salah satu LSM yang mendukung kegiatan ini menyoroti pentingnya mengajak masyarakat mengenali lingkungan sekitarnya. “Burung adalah penanda kesehatan kota. Selama burung masih hidup dan berkicau di taman-taman Jakarta, berarti ekosistem kita masih bernapas dan di sanalah harapan itu tumbuh. Karena itu, penting bagi kita semua untuk mengenali, menghargai, dan menjaga lingkungan sekitar agar kehidupan tetap berlanjut.”
Ken Savitri Ambarsari, Direktur Utama Jakarta Mangrove Resort di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, sebagai pihak swasta yang dipercaya untuk mengelola keseluruhan TWA Angke menyampaikan, “Burung-burung yang hadir di Angke tidak datang begitu saja—mereka kembali karena rumahnya dipulihkan selama bertahun-tahun. Restorasi mangrove dan ekosistem pesisir adalah upaya panjang yang kini mulai membuahkan hasil: keragaman hayati kembali menemukan tempatnya. Inisiatif Urban Wildering memperkuat perjalanan ini, menunjukkan bahwa ketika alam dirawat dengan konsisten, kota pun bisa menjadi ruang hidup yang sehat bagi satwa dan manusia.”
Dari sisi kebijakan, Bapak Romy Sidharta, Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemerintah Provinsi Jakarta, menegaskan “Ruang terbuka hijau bukan hanya elemen estetika kota, tetapi bagian penting dari keseimbangan ekologi Jakarta. Upaya perlu terus dilakukan untuk memperkuat keberadaan dan kualitas RTH serta memastikan pengelolaannya mendukung keberlanjutan biodiversitas. Kolaborasi lintas sektor juga menjadi faktor penting, karena kota yang lestari hanya dapat terwujud apabila semua pihak turut serta merawatnya.”
Acara ditutup dengan penyerahan penghargaan bagi pemenang Jakarta Bird Race 2025 dan kuis interaktif seputar keragaman hayati. Melalui kegiatan ini, WildJak, JBS, dan FPLI ingin mengajak warga menyadari bahwa merawat alam bukan tugas segelintir orang, melainkan tanggung jawab bersama demi Jakarta yang terus bernapas.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Urban Wildering dan mendapatkan info serta tips menarik mengenai pelestarian lingkungan dan alam di Jakarta, follow @wildjak.id , @burung.jakarta dan @pohonlangka_id di Instagram.






