PT. Pembangunan Jaya dan Miles Films kembali bekerja sama merilis dua film dokumenter yang dimaksudkan sebagai web series bertajuk Maestro Indonesia. Episode kali ini mengangkat kisah Dokter Sulianti Saroso dan juga pengusaha sukses Insinyur Ciputra. Sebelumnya, PT. Pembangunan Jaya dan Miles Films telah merilis empat episode yang dimulai pada tahun 2016. Sama seperti episode sebelumnya, kedua episode ini pun dibawakan oleh Nicholas Saputra yang juga menjadi narator.
Web series bertajuk Maestro Indonesia dihadirkan untuk mengenalkan para tokoh inspiratif di bidangnya. Sutradara Riri Riza melalui film-film dokumenter ini mengharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya membangun Indonesia sesuai bidangnya dan kelak menjadi maestro Indonesia. Untuk itulah nama Maestro Indonesia dipilih.
Insinyur Ciputra, yang dulunya memiliki nama Tjie Tjien Hoan, merupakan pengusaha nasional yang sukses. Ia dikenal sebagai pengusaha konstruksi bersama PT. Pembangunan Jaya yang membangun di antaranya Pasar Senen, Taman Impian Jaya Ancol, dan Perumahan Pondok Indah. Selain sebagai pengusaha konstruksi, ia pun dikenal sebagai sosok yang dekat dengan dunia bulu tangkis. Ia bangga dan melihat bahwa Indonesia bisa dihargai lewat bulu tangkis. Kecintaannya itu pun bahkan sampai melahirkan klub PB Jaya Raya yang juga merupakan sekolah. Banyak atlet berprestasi yang lahir dari klub tersebut, seperti Susy Susanti dan Greysia Polii.
Profesor Dokter Sulianti Saroso, MPH, PhD sendiri adalah sosok yang berasal dari pulau Bali, yang sangat berjasa dalam bidang kesehatan dan penanganan wabah menular pada masanya. Ia merupakan inspirasi bagi para epidemiolog di Indonesia. Namanya bahkan terus terdengar hingga sekarang karena merupakan nama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. Dalam film tersebut, kesuksesannya dalam menangani wabah cacar pun membuat Indonesia diakui keberhasilannya sebagai negara bebas cacar oleh WHO pada tahun 1974. Selain hal tersebut, ia juga dikenang karena terobosan Keluarga Berencana (KB).
Riri Riza menyebutkan bahwa film dokumenter ini menunjukan bukan hanya biografi prestasi tapi juga aspek kemanusian di dalamnya, seperti keluarga. Segala arsip di dalamnya juga atas kesepakatan semua pihak yang disetujui. Ia juga menambahkan bahwa film dokumenter ini berasal dari ‘orang biasa’ yang terinspirasi oleh sesuatu yang luar biasa dan kecintaan akan Indonesia.