Senin 22/6/2020 jam 13.00-15.00 WIB,- IFC menggelar virtual sharing session dengan Narasumber beberapa designer papan atas nasional;
1. Rosie Rahmadi ( IFC Bandung)
2. Khairul Fajri ( IFC Aceh)
3. Phillip Iswardono ( IFC Jogyakarta)
4. Hannie Hananto ( IFC Jakarta)
5. Riri Rengganis ( IFC Bandung)
6. Ali Charisma (IFC National Chairman)
Berikut adalah cuplikan singkat diskusi yang teranngkum;
Ali Charisma: “Terima kasih kepada media, para desainer yang sudah bergabung. Acara siang ini kita adakan bertujuan menginspirasi kepada temen-temen UKM, semangat yang bisa diambil berdasarkan ketakutan adanya covid ini, kegiatan perekonomian bisa menurun.”
“Diharapkan dengan adanya para narasumber/pembicara ini bisa dijadikan inspirasi dan memberikan dampak yang positif pada brand masing masing designer. Mereka akan menceritakan bagaimana dalam menghadapi masa pandemic dan setelahnya.”
Rosie Rahmadi: “Terima kasih mas Ali-IFC, mau cerita aja, dalam kondisi ini, aman untuk beberapa bulan ke depan. alhamdulillah, disaat dalam kondisi seperti ini (sudah sering dishare oleh Mas Ali) bahwa mental kita harus kuat dahulu dari keluarga, temen, karyawan. Untunglah sebelum pandemi, di bulan february ada event MUFFEST, sudah banyak pesanan untuk lebaran. Jadi saat ini, mengerjakan pesanan selama MUFESST itu dahulu.”
“Ketika PSBB outlet ditutup, pengerjaan dari rumah atau separuh kerja separuh masuk di workshop, saya seminggu 2-3x ke produksi. Teringat oleh Mentor dahulu bahwa “brand itu tidak boleh hilang dibenak konsumen”, jadi disusahakan tetep eksis di medsos.”
“Sebelumnya sudah ada pendampingan dari senior senior (bahwa saya kebanyakan brand, jadi hrs fokus ke 2 brand saya saja dan jadikan keduanya produk unggulan) Pesan itu nempel banget.”
“Jadi untuk jaket ini akan jadi icon items gadiza. Jaket ini juga selalu ada di tas saya. Sudah lebih 300 pesanan habis dan selalu ada permintaan lagi. Sekarang ada warna hitam lagi yang sebelumnya tidak ada. Kemudian team mendevelop terus, dan sekarang produknya bisa untuk perempuan atau laki-laki.”
“Tak apa di masa pandemi ini sedih, itu normal, tapi punya temen itu penting sekali. Saling menyemangati, maka cari temen yang positif yang mengajak ke arah positif, tidak hanya mengeluh saja.”
“Produk Jaket ini tiddak hanya untuk orang awam aja tetapi rumah sakit, klinik, dr gigi dan organisasi / pemerintahan juga memesannya.
Ali Charisma: “Jadi intinya jaket produksi Rosie ini bisa juga sebagai outer pelindung diri. Jaketnya sangat pas dan nyaman dipakai di saat masa pandemic ini. Jadi saya harap Rosie semakin berkembang dan sukses kedepannya.”
Khairul Fajri: “Aceh sudah langsung diberlakukan jam malam sejak adanya covid 19,mulai berjaga-jaga di setiap kampung latah langsung membuat portal-portal sebagai pintu penghalang,jadi warga sudah susah keluar masuk..pekerja tidak bisa datang..kami dari apartur desa sudah diberlakukan lockdown..ini berakibat di produksi kami.. Biasanya kami mengandalkan offline, .tamu-tamu domestik dari jakarta datang untuk membeli souvenir.. Ija Kroeng..menampilkan sarung yang lebih modern/kotemporer, jadi orang pakai sarung itu lebih ditingkatkan untuk pria muda,di event-event pemerintahan. Pertama dampak dari produksi/penjualan untuk income pekerja yang sebagian besar borongan…pada saat sarung tidak ada penjualan, kita meliat peluang untuk membuat masker kain untuk masyarakat, karena masker medis hanya digunakan untuk tenaga medis..Yang kita liat itu di daerah susah untuk mendapatakan bahan yang sama kayak di jakarta atau kota lain, jadi kita buat masker kain dengan menciptakan pola baru yang simpel dan cepat pada saat itu..tapi kita sederhanakan lebih mudah dan fashionable juga..pada saat kita buat masker kita pasang brand itu. Banyak media datang ke workshop baik dari daerah maupun luar kota sampai media dari Perancis juga sempat mampir ke workshop untuk melihat. Stragegi lainya kita bidik ke ormas-ormas/pemerintahan, kita langsung buat proposal dengan logo mereka dan alhamdulilalh langsung order sampai 700 pcs dan minta Ija Kroeng mendistribusikan, dan ini secara tidak langsung membawa brand, dan ternyata itu sangat menguntungnkan karena tadak hanya jual masker mereka jadi tahu kalau kita jual sarung juga dan baju. Gara-gara masker..Ija Kroeng ini ber efek di bulan puasa untuk merilis produk-produk baru..didukung lagi pada jualan produk-produk yang sudah ada. Alhamdulillah omset ini semakin better dari tahun sebelumnya, follower juga ikut tambah Ada peluang lagi dinew normal ini, pernikahan di masjid-mesjid untuk menggunakan masker,masker dibuat dengan ada inisial pengantin sebagai sovenir untuk dibagikan ke tamu-tamu yang datang.ini Lebih mem-branding,dari masker ke produk yang lain.
Phillip Iswardhono: “Sangat ironi sekali bahwa dalam setiap musibah,kita selalu melihat on negatif side, karena musibah ini mendunia, sehingga positif side nya perlu di blow up, bukan bicara mengenai omset yg ratusan juta, saya disini bicara diskala kecil saja, produk saya kain lurik dimana database kami 75 % database dijakarta,10% bandung, surabaya medan dan lain 4,5%,Jogya malah paling sedikit yaitu 0,5%. Minggu pertama hingga kedua., tidak mengalami kegugupan/nervous karena masih runing dari PO sebelum pandemic, mulailah merasakan tidak ada order baru setelah minggu ketiga, barulah muncul ide baru, bagaimana caranya untuk tetep jualan. Saya mulai membangun networking kembali, menghubungi database clien-clien yang lain, lewat whatsapp hanya menyapa, kalau dapat alamat dikirim masker sebagai hadiah ke client.. Efek positif lainnya merekrut kembali client-client yang udah lama tidak dihubungi Dari jualan masker 3500 kain perca, sampai masker seharga 1 jt rupiah dengan bahan kain tenun langka 1 pcs 1 juta, saat ini museum peranakan di Singapore sudah memesan 1860 pc dengan batik motif-motif peranakan.. Kesulitan untuk mengirim ke luar negeri, .jangan dihadapi dengan gugup, menyikapi dengan hati-hati dan tidak parno. Sekarang ini tidak mengurangi malah menambah penjahit baru, selain itu untuk tetap eksis memesan pengrajin kain-kain tenun khususnya lurik, ntuk tetap beraktifitas.”
Hannie Hananto: “Kita harus tetap semangat dalam masa pandemic ini. Sebenarnya yang saya kerjakan ini tidak sengaja. Pada waktu awal sudah tidak kaget, karena infrastruktur yang utama sudah harus dibenahi yaitu dengan merubah system, penjahit ada yang dikerjakan di Sumedang dan Jakarta (jadi tidak sampai mem PHKan). Pada saat itu Brand saya ada Hannie Hananto dan Anemone by hannie Hananto berupa kartun-kartun dan polkadot, semuanya serba print-print nan. Ada event di makassar yg cancels di masa pandemic ini, karena sudah ada stock produksi dan persiapan yang lumayan ready akhirnya lewat media tiktok bisa teratasi. Tiktok itu mudah dan buat videonya bisa diedit, selain itu perlu adanya interaksi antara designer dengan customer, agar brand tidak tenggelam, usahakan just say hello kepada pelanggan. Kemudian masker mulai langka dipasaran, pertama kali saya dapat masker dari mas phillip dan mbak Hendry Jogyakarta, .kemudian saya terpikir kenapa tidak saya buat sendiri dengan motif saya sendiri, kemudian.saya posting di medsos dan lumayan untuk permintaannya. Saya juga ikut kuliahnya Sadikin Ganni tentang..”mentality pasar” . Lewat Tik tok dari video-video tersebut merupakan marketing jaman baru, .mengikuti perubahan jaman dan harus peka, untuk omset tdk bisa dilihat dari masker aja, tapi ada kenaikan grafik penjualan.”
Riri Rengganis: “Saya sadar bahwa survive atau tidaknya kita sebagai designer tergantung dari masing-masing, .karena ada factor-faktor yang mereka sudah punya atau tidak, seperti modal yang besar, loyal customer,dll. Saya selalu mengangkat bahan tekstil dari awal. Karena akhirnya daya beli yang berkurang, sejak Januari-Februari sudah menurun, sementara Maret kelihatanya mulai turun, kemudian April sudah benar benar mulai stop produksi, stop took-toko karena semua mall sudah lock down. Strategi pertama seperti yang mas Phillip lakukan, saya check customer database, hanya untuk menyapa, tapi malah banyak terima balasan yang tidak punya uang lah, bisnis lagi sepi yang akhirnya harus cari cara lain, kemudian saya stop broadcasting WA/medsos/, karena untuk jualan rasanya agak sulit, mengingat harga baju yang saya jual diatas 1 jt semua.. Akhirnya saya evalusi produk saya, bikin menu baru di website, menjual kain-kain yang ada dikantor karena itu tititpan dari pengrajin, tapi photo harus yang bagus tidak asal-asal, tujuannya saya tidak hanya jasa jahitnya (tdk hanya jualannya kainnya). Diminggu pertama laku, apalagi kalau mau bikin masker, karena belum banyak masker premium. Membuat masker dengan motif dari baju koleksi lama yang customer sudah punya, respondnya sangat bagus, kemudian produksi lagi dan viral, akhirnya seluruh admin saya ambil alih, selain jualan juga menginfokan mengenai produk yang lain (website), bulan Mei sudah mulai orderan baju dan masker dari sekarang mulai sudah banyak, jadi sekarang menambah penjahit atau sharing dengan temen-teman desaigner yang lain.. Masker ini sebagai pancingan /alat marketing untuk mendatangkan customer baru, anggap masker ini sebagai baju kayak custo. Tiga minggu jualan sampai malam, sampai sekarang 2000 pcs, dengan harga range 75.000-125.000. Alhamdulillah gaji ketutup, THR telah dibayarkan setengah, dan sisanya akhir bulan ini, tidak men PHKan karyawan. Dan sekarang bisa dikirim ke Singapore untuk 20 orang cooperate gift lebaran di Bank.. Saya pikir karena masker premium sudah banyak yang buat, kirain akan menurun, ternyata tidak, malah banyak yg repaid order.
Closing Statement, Ali Charisma: “Terimakasih rekan media dan juga para desainer yang sudah hadir, semoga sharing kita pada siang ini membawa manfaat bagi pelaku bisnis fashion di Indonesia. Saya menjawab pertanyaan media, bahwa untuk event MUFFEST sudah mulai open registrasi, fully virtual dan off line. Sedangkan untuk dunia fashion baik di dalam ataupun di luar negeri akan tetap berupaya di masa pandemic ini, secara global akan tetap melakukan virtual event sampai akhir taun ini, dan diharapkan bahwa indurstri fashion tetep memberi harapan di era New Normal, tetep bisa memberi inspirasi kepada designer-designer untuk berkreasi..