Jakarta, 8 Juni 2021 – Industri asuransi jiwa Indonesia memperlihatkan pertumbuhan positif pada banyak bagian kinerjanya di kuartal pertama tahun ini. Salah satunya ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan positif di laporan pendapatan usaha untuk periode triwulan I 2021 dari puluhan perusahaan yang tergabung dalam Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia(AAJI).

Jika sebelumnya industri asuransi jiwa mencatat nilai minus hampir setengah triliun rupiah di triwulan pertama tahun2020, maka kali ini tanda rebound mulai terlihat di triwulan pertama tahun 2021 dimana industri asuransi jiwa mencatatkan pendapatan positif sebesar 62,66 triliun rupiah.

Optimisme tersebut terlihat dari pernyataan AAJI dalam Ringkasan Kinerja Industri Asuransi Jiwa. Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu, menilai bahwa untuk menjaga konsistensi dan moment umpositif dalam industrinya, semua pihakperlu terus melakukan literasi dan meningkatkan tata kelola untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menumbuhkan kesadaran masyarakat atas kebutuhan akan asuransi jiwa.

“Mulai naiknya aktivitas darimasyarakat dan dunia bisnis terlihatdari meningkatnya pendapatan industri asuransi jiwa. Masifnya kenaikan premi dari bisnis baru dan positifnya hasil investasi di kuartal satu tahun ini membuat lonjakan pendapatan yang cukup tajam,” kataTogar.

Meski demikian, ia tetap mengingatkan semua kalangan untuk tetap bersatu padu menjaga kondusifitas penanganan pandemi COVID19. Keberhasilan vaksinasi yang mendorong kembali pergerakan perekonomian saat ini akan memberikan sumbangan besar pada potensi rebound pertumbuhan ekonomi makro dalam jangka panjang.

“Bonus demografi yang akan terjadi hingga satu dasawarsa ke depan sudah menunggu. Kami di industri asuransi jiwa melihat potensi bisnis ini sangat besar. Penetrasi yang baru sekitar enam persen di Indonesia menjadi peluang pertumbuhan positif industri asuransi beberapa tahun kedepan. Kita perlu menyesuaikan moda penetrasi pasar baru agar bisa sejalan dengan protokol kesehatan yang ada,”jelas Togar.

Salah satu inovasi yang diharapkan bisa membantu pengembangan industri asuransi saat ini adalah penggunaan teknologi digital untuk pemasaran produk asuransi. Seiring dengan pengembangan teknologi,industri asuransi juga mengharapkan dukungan penuh dari Pemerintah dan regulator dalam hal tersebut.

Selain itu, AAJI juga terus memperbanyak informasi terkait manfaat asuransi jiwa dalam memperkuat finansial keluarga serta perencanaan keuangan masa depan melalui tulisan di media sosial. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan literasi masyarakat atasberbagai seluk beluk dan manfaat dari asuransi jiwa.

Contohnya, saat ini AAJI merilis sebuah program lomba penulisan bagi masyarakat luas. AAJI mengangkat tema #bangkitfinancial dalam program yang berjalan sejak 5 Mei hingga 5 Juni tersebut. Sedangkan untuk karyawan asuransi jiwa, AAJI juga membuat hal serupa, namun dengan tema #rencanakan keuanganmu. Program untuk karyawan berlangsung hingga akhirJuni ini.

AAJI juga mengedukasi mahasiswa di soal perencanaan keuangan masa depan yang baik dengan asuransi jiwa. Dan yang juga mendapatkan animo tinggi adalah peluang karir di industriasuransi jiwa melalui Webinar yangakan dilaksanakan pada tanggal 12bulan ini.

Premi Saluran Bancassurance dan Hasil Investasi jadi Penggerak Kinerja

Dalam Rilis Ringkasan Kinerjanya, AAJI mengumumkan bahwa elemen terbesar dari pendapatan industri asuransi jiwa berasal dari Premi. Total pendapatan Premi mengalami pertumbuhan sebesar 28,5 persen YoY dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Totalnya sendiri mencapai Rp. 57,45 triliun di kuartalpertama tahun ini.

Pada kuartal pertama tahun 2021, total pendapatan Premi dari bisnis baru tercatat Rp. 11 triliun lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Setara dengan pertumbuhan 42,3 persen YoY. Sedangkan persentase Premi lanjutan atau yang dilanjutkan oleh nasabah mengalami kenaikan sebesar 9,3persen.

Total pendapatan Premi dari bisnis baru senilai Rp. 37,04 triliun tersebut merupakan sumber pendapatanterbesar atau setara 59 persen dari total pendapatan perusahaan yang bernaung di bawah AAJI. Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon, melihat bancassurance berperan besar dalam meningkatkan total pendapatan premi tersebut.

“Menariknya, pertumbuhan total premi ini lebih banyak didorong oleh peningkatan premi yang masif dari saluran distribusi bancassurance. Pertumbuhan dari moda saluran yang memanfaatkan kerjasama antara perbankan dan asuransi ini memiliki pertumbuhan sekitar 55% dari periode sebelumnya. Dan hebatnya, bancassurance memiliki kontribusi lebih dari separuh dari total premi yang didapatkan di kuartal pertama tahun ini. Tepatnya sekitar 53%,” ujar Budi.

Pertumbuhan juga terjadi pada saluran distribusi alternatif sebesar 35,0%,atau berkontribusi sebesar 18,8% pada total pendapatan Premi. Namun perlambatan terjadi pada saluran distribusi keagenan dan telemarketing,masing-masing sebesar 5,8 dan14,3%.

“Jumlah agen mengalami penurunan karena produktivitas mereka juga terdampak oleh pandemi. Keterbatasan dalam bertemu secara tatap muka dengan calon nasabah menjadi penyebab utama dari menurunnya produktivitas, walaupun sudah adanya relaksasi yang diberikan oleh OJK,” tutur Budi. Terkait dengan ini, Budi berharap Pemerintah bisa mendukung upaya AAJI dalam memenuhi kebutuhan asuransi masyarakat dan juga pertumbuhan industri asuransi jiwa.

“Pertama, AAJI berharap cara penjualan secara tatap muka tidak langsung diberlakukan secara permanen, terutama di masa pandemi dan pasca pandemi. AAJI memperkirakan pandemi telah mengakibatkan perubahan dalam perilaku konsumen, dimana peranan platform digital semakin meningkat. Untuk itu, AAJI berharap Pemerintah bisa memberikan relaksasi teknis pemasaran PAYDI untuk diberlakukansecara permanen,” jelas Budi.

“Kedua, AAJI berharap agar revisiregulasi PAYDI dapat membantu menumbuhkan optimisme pasar unit link dengan memberikan kelonggaran penempatan investasi pada sub-dana. Tentunya, penempatan investasi akan dilakukan dengan memenuhi unsur kehati-hatian berdasarkan hasil penilaian profil risiko nasabah,”tambahnya.

Dari jenis produk asuransi jiwa yang laku di Q1 ini, unit link masih menjadi primadona. Unit link secara konsisten selalu menjadi produk yang mendominasi selama beberapa tahun terakhir. Meskipun ekonomi Indonesia masih terdampak akibat pandemi hingga saat ini, penjualan unit link masih bisa tumbuh 31,7% di Q1. Kontribusinya pun sangatlah besar,yakni 62,4% dari keseluruhan total Premi industri asuransi jiwa.

Pertumbuhan yang positif serta kontribusi yang signifikan dari saluran Bancassurance serta produk Unit Link menjadi capaian yang positif. AAJI berharap agar Otoritas Jasa Keuangan(OJK) dan regulator terkait dapat terusmendukung perkembangan danpertumbuhan seluruh saluran distribusi dan varian produk yang tersedia bagi masyarakat. Harapannya seluruhsaluran distribusi dan produk Asuransi jiwa yang sesuai dengan kebutuhan msyarakat akan terus bertumbuhpositif dalam beberapa waktu kedepan.

AAJI meyakini usaha bersama insan asuransi jiwa dan stakeholdernya memegang peranan penting. Koridor pengaturan dan kebijakan best practices yang sesuai dengan kondisi pasar menjadi kunci utama menjaga momentum positif ini. AAJI berkomitmen untuk meningkatkan meningkatkanimplementasi prinsip kehati-hatian,melindungi dan mengedukasi nasabahnya.

Komitmen Penuh Menangani Pandemi Covid19

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Keuangan, Pajak dan Investasi AAJI Simon Imanto menjelaskan bahwa klaim dan manfaat di Q1 mencapai jumlah Rp. 47,68 triliun. Angka tersebut lebih besar 23,5%dibandingkan dengan tahunsebelumnya, yang mencapai Rp. 38,6triliun.

AAJI juga menjelaskan komitmennya dalam mendukung penanganan pandemi di Indonesia. Dalam periode Maret 2020 hingga Februari 2021, jumlah polis dengan klaim COVID 19 tercatat mencapai 24.997 polis dengan total klaim senilai Rp 1,46 triliun. Dari jumlah ini, 87,41% diantaranya memiliki status klaim yang sudah selesai senilai Rp. 1,28triliun. Sedangkan 12,59% lainnya masih berstatus dalam proses klaimsenilai Rp. 184,37 miliar.

Sementara itu, dari laporan pembayaran klaim dan manfaat, AAJI menjelaskan bahwa total nilai tebus (surrender) menunjukkan kenaikan signifikan menjadi Rp. 28,54 triliun di Q1 2021 dibandingkan Rp. 21,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Menurutnya, ini terjadi akibatpeningkatan kebutuhan masyarakat akan uang tunai sehari-hari.

“Besaran nilai klaim surrender yang mengalami kenaikan sebesar 30,6% memperlihatkan banyaknya pemegang polis yang melakukan klaim surrender untuk mendapatkan dana. Namun, kami menyarankan nasabah cukup melakukan klaim partial withdrawal agar mereka tetap memiliki sebagian dana sekaligus masih memiliki perlindungan jiwa,” jelas Simon.

Selain itu, AAJI juga menjelaskan kondisi rebound yang terjadi di Q1.Indikasi rebound tersebut mulai terlihat dari momen berbaliknya imbal investasi. Jika sebelumnya hasil investasi dana kelola asuransi jiwa mencatat total pendapatan negatif yang cukup signifikan di kuartalpertama tahun lalu, maka kini investasi yang dilakukan sudah positif.

Tercatat, hasil investasi industria suransi jiwa mencapai Rp. 2,44 triliundi Q1 tahun ini. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencatat kerugian investasi takkurang dari Rp. 47,83 triliun.

Ketua Bidang R&D, Pelaporan dan IT AAJI, Edy Tuhirman menilai bahwa meski kerugian terjadi pada periode sama di tahun lalu, namun banyak pihak menilai bahwa kondisi forcemajeur pandemi yang menekanperekonomian sebagai faktorutamanya. Edy meyakini bahwapertumbuhan investasi di Q1 di 2021 ini mengindikasikan awal pulihnya perekonomian kita dari tekanan pandemi COVID 19 yang berlangsung sejak Maret tahun lalu.

“Perlu dicatat bahwa indikasi pulihnya ekonomi saat ini merupakan momentum yang tidak dapat bertahan selamanya. Secara makro kamimelihat bahwa keyakinan berasuransi masyarakat ada kaitannya dengan pemulihan ekonomi makro dan penanganan virus itu sendiri. Dan secara mikro, semua perusahaan dalam AAJI akan selalu meningkatkan literasi. Sembari meningkatkan tata kelola organisasi, baik dari sisi kinerja investasi maupun business process asuransi lainnya,” tutup Edy. (*)