Jakarta,- Bertempat di Grand Sahid Jaya (25/01) AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) menggelar “OUTLOOK industri Asuransi jiwa dan ekonomi 2024″. OUTLOOK digelar dalam rangka meningkatkan kesepahaman tentang beberapa Isyu yang berkaitan dengan pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia.

Budi Tampubolon, Ketua Dewan AAJI yang hadir sebagai salah satu Narasumber memaparkan, “Sesuai harapan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), AAJI beserta segenap member tengah menyongsong pemenuhan standar usaha keuangan global, IFRS-17. Selambatnya, per 01 Januari 2025 segenap member AAJI sudah berjalan sesuai IFRS-17 dan PSAK-74. Dengan demikian, Industri Asuransi Indonesia semakin terpecaya dan terkemuka dalam pasar asuransi jiwa global.”

Masih menurut Budi, “Menuju terciptanya industri asuransi jiwa Indonesia yang kuat dan terpercaya sebagaimana IFRS-17 dan PSAK-74, AAJI terus berbenah memacu peningkatan kualitas SDM, pencatatan aset serta potensi permodalan yang dimiliki oleh setiap member yang terlibat dalam industri ini. Salah satu penguatan yang saat ini terus ditingkatkan adalah penguasaan teknologi digital untuk mempermudah administrasi aset dan pencatatan investasi, mempercepat tiap interaksi dan tiap transaksi dengan tingkat keamanan tinggi lagi terjamin.”

Guna semakin maksimal menyerap kebutuhan pasar syariah, Budi menambahkan, “AAJI juga tengah bersiap untuk spin-off UUS (Unit Usaha Syariah) selambatnya 31 Desember 2026. Memiliki beberapa target pencapaian guna membangun kiprah berstandar internasional, dirasa perlu bagi Industri ini segera memiliki peta jalan yang dibangun dan dikembangkan oleh institusi yang diberi mandat oleh pembuat kebijakan. AAJI sendiri siap membangun roadmap beserta database perasuransian apabila memang diberikan mandat.”

Hadir pada kesempatan yang sama Aviliani, Komisaris INDEF (Institute for Development of Econimics and Finance). Aviliani banyak menyoroti perkembangan perekonomian yang berimbas pada industri asuransi jiwa Indonesia. Menurut Aviliani, geliat ekonomi negara negara besar terutama Amerika dan China turut mempengaruhi perkembangan dunia industri asuransi jiwa.

“Kenaikan inflasi yang coba diredam melalui kebijakan moneter ketat dan kenaikan suku bunga The Fed sepanjang 2023 mempengaruhi tingkat selektif investasi dan daya belanja pelaku ekonomi. Penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dialami China juga mempengaruhi surplus perdagangan dan pada gilirannya memperlambat kinerja dan geliat ekonomi dalam masyarakat yang saat ini telah terkoneksi secara global. Rupiah sendiri jatuh bangun mengalami depresiasi terhadap valas khususnya U$D akibat beberapa langkah The Fed yang pada gilirannya membuat masyarakat lebih selektif dalam berinvestasi, termasuk untuk berasuransi. Inflasi yang berhubungan langsung dengan peningkatan harga-harga pemenuhan kebutuhan dasar menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh industri asuransi, seperti para member AAJI” papar Aviliani.

“Sebagai usaha penjamin dan tabungan hari depan non perbankan bagi pemegang polis, industri asuransi jiwa sendiri terimbas langsung dengan perkembangan dunia perbankan nasional. Sebagaimana saat ini, pelaku ekonomi Indonesia sedang wait and see jalannya Pemilu 2024 sebelum berinvestasi. Berhadapan langsung dengan banyak aspek perekonomian baik global maupun lokal, memang dirasa sangat perlu bagi pihak AAJI dengan adanya database perasuransian Indonesia beserta road map-nya,” tambah Aviliani.

“Meski pertumbuhan ekonomi fluktuatif, peningkatan modal usaha dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia industri asuransi jiwa Indonesia dari tahun ke tahun selalu meningkat. Polis perseorangan di 2023 mencapai 27,8 juta. Jumlah tersebut masih bisa meningkat, lantaran data yang disampaikan hanya pada periode Januari-September 2023. Angka ini saja bahkan, sudah lebih tinggi dari 2022 dengan 27,7 juta polis dan 2021 dengan 17,7 juta polis. AAJI optimis, kedepan, apalagi bila telah berbekal database perasuransian dan road map, industri asuransi jiwa akan semakin diminati oleh masyarakat sebagai tempat penjamin sekaligus tempat yang tepat untuk menabung,” tutup Budi.

0