Jakarta (7/10),- Meskipun bulan Rabiul Awal (bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW) dalam penanggalan Hijriah telah berlalu namun, masih semarak perayaan Maulid Nabi yang digelar di sana-sini di seluruh Indonesia. Demikian halnya dengan warga masyarakat Kelapa Dua, Kebon Jeruk Jakarta Barat. Mengambil tempat Musholah Al Ihsan, ratusan warga bersemangat menghadiri perayaan Maulid Nabi pada Minggu malam (6/10).

Tetua masyarakat Kelapa Dua yang sekaligus sebagai Pembina Kegiatan, H. Usman Saleh dalam sambutannya mengenalkan kepemimpinan Al Ihsan yang baru. Saat ini, kepengurusan Al Ihsan dipercayakan kepada Ust. Muchnandar.

“Saya berharap, kepengurusan yang telah berganti secara estafet dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda dapat lebih dekat lagi dengan para remaja dalam rangka, terus menumbuhkan akidah dan akhlaq anak-anak kita,” tutur H. Usman Saleh, singkat.

Membuka acara, Ust. Muchnandar memaparkan, “Kami telah melibatkan banyak remaja dalam kegiatan-kegiatan kami. Mereka membawakan kesenian Hadroh dan juga melantunkan Barzanji pada perayaan Maulid ini. Selaku pimpinan Al Ihsan, kami tetap memerlukan dukungan semua pihak agar terus bisa mengajak dan menyebarkan kebaikan.”

Hadir sebagai penceramah pembuka, Ust. Mansyuruddin, Hma yang dalam tausiahnya menjabarkan, “Kehadiran pada perayaan Maulid membuktikan kecintaan para jema’ah kepada Nabi. Namun, tidak cukup hadir Maulid saja. Sebagaimana sabda Nabi, jadilah manusia yang bermanfaat bagi sesama. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar manfaatnya bagi sesama. Bila belum bisa bermanfaat bagi orang banyak, bermanfaatlah bagi lingkungan sekitar. Bila belum bisa bermanfaat bagi lingkungan, bermanfaatlah bagi kedua orang tua dan keluarga. Bila belum bisa juga, bermanfaatlah bagi diri sendiri. Bila belum bisa juga, janganlah mendzalimi orang lain, termasuk menghalangi orang untuk berbuat kebaikan.”

Melanjutkan tausiah, Ust. Arif Subarkah S.Th.I yang hadir pada kesempatan yang sama menyampaikan kabar, “Saat ini, di Tanjung Burung, Tanggerang, ada seorang ulama besar yang memiliki ratusan ribu jemaah. Dan saya, sudah dua puluh tahunan belajar kepada beliau. Sejak beliau masih mengajar di Kembangan, Jakarta Barat.”

“Kiayi Sa’adih…,” terdengar celetukan dari beberapa jemaah, spontan menebak ulama yang dimaksud.

“Ya benar. Kiayi Sa’adih Al Batawi,” sahut Ust. Arif.

“Tahukah alasan mengapa saya sampai sekarang masih berguru kepada beliau,?” susul Ust. Arif, bertanya.

Ditanya seperti itu ratusan jemaah tidak ada yang menjawab, malah sebaliknya menunggu penjelasan lebih lanjut.

“Karena beliau itu doyan nyontek. Dan, saya bangga punya guru yang hobinya nyontek. Jiplak! Plagiat,!” tandas Ust. Arif membuat sekalian jemaah mengernyitkan kening.

“Nyontek perilaku Rasul. Itulah nyontek yang paling keren! Tidak ada lagi nyontek yang lebih keren daripada nyontek budi pekertinya Rasul. Yuks, melalui perayaan Maulid ini, kita tambah lagi rajinnya. Kita rajin plagiat. Menyontek Rasul supaya tambah berkah,” ajak Ust. Arif.

Membawakan tausiah penutup, Ust. Syamsuddin M.Pd menyatakan, “Benarlah apa yang dikatakan Ust. Arif. Kita bersyukur, bisa mengenal Kiayi Sa’adih Al Batawi. Selain memiliki ratusan ribu jemaah, ribuan murid, beliau setiap hari masih melayani ratusan masyarakat yang mau berobat secara herbal dengan mengambil manfaat dari tumbuhan dan rempah-rempah. Seperti saat beliau mengajar, melayani masyarakat yang datang berobat tanpa sepeserpun memungut bayaran. Malah yang terjadi sebaliknya, beliaulah yang kerap membayar atau menyantuni masyarakat yang datang berobat.”

“Bukan hanya, mendermakan 80 persen dari keuntungan bisnis-bisnis beliau, beliau juga mendermakan waktunya, tenaganya dan ilmunya sebagian besar untuk masyarakat, bangsa, negara dan agama. Pada diri beliau, ada ciri khas ulama pewaris Nabi. Semoga melalui perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan merata di seluruh Indonesia, kedepan bangsa kita dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo akan menjadi bangsa yang lebih maju dan berperilaku lebih baik lagi, aamiin,” doa Ust. Syamsuddin menutup tausiah.

Acara diakhiri dengan berbagi kebahagiaan bersama dengan anak-anak yatim. Al Ihsan membuktikan, “Apa yang dicintai Rasul dicintai pula oleh umat yakni, anak anak yatim.”

**0**