Jakarta, 9 Januari 2023 – Dua hari setelah Soedjatmoko wafat pada Desember 1989, koran
Kompas menurunkan tajuk rencana dengan mengajukan sebuah pertanyaan, sekaligus
berupaya menjawab, “Apakah keunggulan dari Soedjatmoko sebagai pemikir?”.
Soedjatmoko, tertulis di tajuk rencana itu, berpangkal tolak dari kemanusiaan yang
kerakyatan dalam mengembangkan gagasan-gagasannya mengenai masyarakat, alam atau
lingkungan hidup, ilmu dan teknologi serta pergaulan antar bangsa. Ia senantiasa seakan-akan memiliki intuisi intelektual untuk menangkap pertanda zaman dan lantas
mengembangkannya dalam pemikiran-pemikiran yang mendahului zamannya atau yang lebih
maju dari status quo zamannya.

Keluarga Soedjatmoko menyimpan banyak arsip berupa dokumen, foto, surat/korespondensi, dan arsip lain yang menarik untuk ditelisik. Kegemaran menyimpan dan merapikan arsip-arsip perjalanan Soedjatmoko, dilakukan oleh Ratmini Gandasubrata, istri Soedjatmoko. Kegemaran Ratmini ini, menjadi pemantik keluarga Soedjatmoko untuk
menyajikannya dalam bentuk platform www.membacasoedjatmoko.com dan pameran
Soedjatmoko untuk membaca dan melihat kembali bagaimana seorang intelektual hadir,
tumbuh, dan mencurahkan pikirannya untuk sebuah bangsa.

Untuk merunut lagi sejumlah momen penting dalam kiprah Soedjatmoko, baik sebagai
seorang intelektual maupun sebagai seorang manusia dengan berbagai dinamika
kehidupannya, pameran arsip keluarga serta serangkaian diskusi publik bertajuk Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan diselenggarakan pada 10-14 Januari 2023 di kediaman beliau di Menteng, Jakarta.

“Pameran ini merupakan penutup atas rangkaian kegiatan selama satu tahun, sejak 10
Januari 2022, memperingati 100 tahun Soedjatmoko dengan cara membaca gagasan-
gagasannya dalam konteks hari ini dan ke depan,” dijelaskan oleh Kamala Chandrakirana.

Pameran Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan merupakan sebuah usaha untuk
merunut lagi beberapa momen penting dalam kiprah Soedjatmoko, baik sebagai seorang
intelektual maupun sebagai seorang manusia dengan berbagai dinamika kehidupannya.
Dengan bersumber pada arsip-arsip yang disimpan-rawat oleh oleh keluarga Soedjatmoko,
rangkaian pameran dan diskusi publik ini tidak hanya ingin memperlihatkan keterkaitan
antara sejarah keluarga dengan sejarah nasional, tetapi juga hendak menyampaikan bahwa
catatan-catatan kecil dan ingatan-ingatan personal yang dirawat secara telaten oleh orang-
orang yang berada di sekitar tokoh cukup penting sebagai sumber rujukan sejarah.

Pameran ini dikuratori oleh Esha Tegar Putra (pegiat arsip) dan Kelana Wisnu (peneliti, jurnalis
investigasi, dan editor). Selain pameran arsip, pameran ini menampilkan karya respons dari
Danya Adhalia, Banu Karim, Samitra Burgess, dan Liam Burgess.

“Arsip-arsip Soedjatmoko yang dirawat oleh keluarga dan rumah tempat pameran ini
mempunyai hubungan tak terpisahkan. Pameran ini juga upaya untuk ‘menaklukkan’ rumah
untuk dijadikan galeri pameran tanpa mengotak-atik interiornya. Karena ruang dan isinya
menyimpan memori tersendiri bagi keluarga Soedjatmoko,” kata Esha Tegar Putra.

Pameran ini diselenggarakan oleh program Membaca Soedjatmoko dengan berkolaborasi
bersama Samudera Indonesia, AJAR, Future Institut, Prisma dan Studio Aliri. Sepanjang
pameran tersebut, serangkaian diskusi publik akan digelar untuk mendalami Soedjatmoko.
Tema-tema yang diangkat untuk diskusi tersebut adalah “Yang Muda Yang Bicara”, “Arsip
Keluarga dan Catatan Kecil Lainnya”, “Kembali ke Akar, Pulang ke Sejarah” dan pemutaran
film SOEDJATMOKO Jejak Akar Kultural Leluhur, serta juga pelunsuran Prisma: Seratus Tahun
Soedjatmoko.
Rumah Soedjatmoko dibuka untuk umum dengan pembatasan kuota dan pemesanan tiket
gratis melalui Loket.com di tautan www.loket.com/event/rumahmembacasoedjatmoko.