Jakarta,- Mendekati tenggat waktu pendaftaran, kubu capres Prabowo menjadi pusat perhatian media. Betapa tidak, dua kubu lain telah tersedia pasangan capres cawapres untuk berlaga di ajang Pilpres 2024. Sementara, kubu Prabowo sampai tulisan ini dibuat belum juga memunculkan nama cawapresnya.

Entah apa yang sedang berlangsung di kubu Prabowo. Sulit bagi media kami untuk mendapat bocoran klasifikasi A1. Secara kebetulan, masuk sebuah pesan singkat berisi ajakan makan siang selepas Jum’at di sebuah mall. Reza Makmur, Kordinator Nasional SUPRI (Sukses Prabowo Ridwan Kamil) mengajak kami berbincang politik sambil makan siang selepas Jum’at. Sebelumnya, kami telah akrab kala jumpa media saat peluncuran SUPRI pada 5 Oktober lalu di Rumah Antasari 08, di bilangan Cipete Jakarta Selatan.

Setelah salam dan berbasa-basi sejenak, kamipun memesan beberapa item menu hidangan. Sambil menunggu pesanan kami mencoba mengorek pandangan SUPRI tentang fenomena belum adanya cawapres kubu Prabowo.

Tak mengapalah, sulit mendapatkan informasi klasifikasi A1, informasi kaum pinggiran seperti dari SUPRI pun bolehlah kita coba gali. Bila layak kami muat, bila tidak anggaplah traktiran makan siang untuk kami adalah salah satu berkah dari silahturahmi.

Namun apa dikata, pucuk masih dicita ulampun ogah tiba. Sang Komandan SUPRI Nasionalpun sami mawon dengan kami, SUPRI ini hanyalah secercah harapan nan murni dari akar dan rumput. SUPRI tak memiliki jangkauan informasi A1 sampai ke pucuk Cemara. Jangankan A1, informasi kelas A113 pun SUPRI tak punya.

“Bagi SUPRI, lepas dari belum adanya cawapres Prabowo, hal ini malah menunjukan tanda-tanda awal kemenangan. Banyak pihak saat ini berlomba menyodorkan bakal cawapres Prabowo. Artinya, banyak pihak antusias dengan sosok Prabowo. Banyak pihak bersuara, banyak pihak menanti dan banyak pihak berharap cemas. Prabowo telah menjadi magnet yang luar biasa, ia didengar, ia ditunggu dan ia diharap. Tuhan Yang Maha Kuasa telah membuat keadaan berbalik, tak terhitung lagi berapa banyak pihak yang telah menyingkirkan beliau dan menyingkir dari beliau sebelumnya. Namun kini, semua berbalik, kembali mengerubunginya dan menaruh harapan besar padanya” ungkap Reza.

Apakah SUPRI masih yakin Prabowo akan memilih Ridwan Kamil sebagai bakal cawapresnya. Sementara, ada nama-nama lain yang muncul dan juga memiliki potensi tinggi untuk bisa mendampingi Prabowo, seperti Erick Thohir, Gibran dan Erlangga.

“Begini, memilih Ridwan Kamil itu sebaiknya berdasarkan kebutuhan yaitu; butuh menang dan jaminan loyalitas. Kedua kubu pesaing Prabowo memiliki teretorial wilayah Jawa. Kubu Anies-Cak Imin misalnya, figur Anies menjadi barikade teretorial tersendiri di Jakarta, propinsi yang bekas dipimpinnya sebagai Gubernur. Dan, figur Cak Imin membantu Anies menjaga teretori Jawa Timur. Sama halnya dengan kubu Ganjar-Mafhud memiliki teretori Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bagaimana dengan Ridwan Kamil? Nah, menurut SUPRI, beliau adalah figur yang paling tepat dan jitu guna menjaga barikade teritori Prabowo untuk wilayah Banten dan Jawa Barat yang notabene juga lumbung suara. Tanpa Ridwan Kamil, Banten dan Jawa Barat mudah menjadi sasaran empuk kubu laen,” papar Reza.

Lalu bagaimana dengan Erlangga, Erick, Gibran, Zulhas dan AHY agar bisa terjadi kesepakatan dalam kubu Prabowo.

“Wuah, saya hanya orang dari akar dan rumput. Tidak paham mekanisme kekuasaan. Namun bila akar rumput boleh berandai-andai, saya rasa, Erlangga sangat pantas untuk mendapat amanah sebagai Ketua Lembaga Tinggi BPK, Erick layak jadi Menko Ekonomi dan Gibran bisa melenggang menuju kursi Gubernur. Zulhas sendiri pantaslah sebagai Watimpres. Untuk AHY, ia orang yang sederhana, muda dengan semangat juang tinggi, Menkokesra cocok rasanya,” tutur Reza.

Bagaimana dengan Sri Mulyani, bisakah menjadi kuda hitam cawapres Prabowo?

“Siapa lagi yang paling berpengalaman jadi Menkeu? Sri itu tahu caranya berhutang dan sangat pintar pula membayar hutang. Tak peduli, siapapun Presidennya, Sri Menkeunya. Ahk, jangan diambil pusing, namanya juga cuma orang dari akar rumput yang asal bicara, ayolah saya ada acara lain,” tutup Reza mengakhiri perjumpaan

–00–